Baca
artikel selengkapnya di SYAHADAT
SYIAH tafhadol
Sayangnya, ada sekelompok orang yang mengaku Islam dan mulai eksis menyebarkan paham yang mendiskreditkan sahabat Nab saw dengan mengusung slogan ‘cinta ahlul bait’ sebagai kemasannya. Organisasi Syiah itu bernama Ikatan Jamaah Ahlul Bait, disingkat IJABI. Salah satu pemateri acara tersebut, merupakan guru besar dari UIN Alauddin, beliau mengatakan bahwa tidak usah kita mencela saudara kita, karena mereka juga Islam, menurutnya.
Setelah ada kesempatan usai acara, saya menanggapi bahwasanya kita sama sekali tidak mengungkit-ungkit masalah. Justru merekalah yang lebih dulu ‘menyerang’ pemahaman kita diberbagai media, seperti bulletin, makalah dst. banyak mencela Sahabat Nabi saw dengan dalih mencintai Ahlul Bait Rasulullah saw. (Baca: Syiah Langgar Pergub dan Lebih Dahulu Menyerang) Mendengar penjelasan singkat itu, barulah guru besar tersebut mengatakan bahwa ajaran mereka berbahaya.
Terdapat kelompok kecil dalam masyarkat yang mengaku mencintai keluarga Nabi saw namun mereka melecehkan kehormatan sahabat saw. Salah satu buku berjudul Al Mustafa yang ditulis oleh muballig yang cukup dikenal, Jalaluddin Rakhmat. Kang Jalal –demikian panggilannya- Mendiskreditkan Muawiyah r.a. dalam bukunya itu, berikut kutipannya.
“Demi Allah setelah ia mati ia tidak pernah disebut-sebut lagi kecuali namanya Abu Bakar… Demi Allah setelah ia mati tidak pernah perbuatannya disebut-sebut kecuali namanya Umar. Kemudian berkuasalah saudara kita Usman… Tetapi demi Allah, tidak tertinggal kenangan tentang apapun yang ia lakukan. Lalu tengoklah saudara Hasyim. Namanya disebut lima kali sehari –Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah…
“Pada hari yang lain Muawiyah mendengar azan. Ia berkata, “Demi Allah, wahai putra Abdullah. Engkau betul-betul ambisius. Hatimu belum puas sebelum namamu didampingkan bersama nama Tuhan Alam Semesta. Muawiyah ingin menghapuskan semua hal yang berhubungan dengan Nabi saw. Ia gagal. Tetapi ia berhasil mendiskreditkan Nabi saw. Dengan kisah-kisah yang diciptakan oleh para pengikutnya,” (Al Mushthafa- Manusia Pilihan yang Disucikan- Karya Jalaluddin Rakhmat, hal. 16, April 2008. Simbiosa Rekatama Media)
Kisah diatas diberi catatan kaki oleh JR, berikut kutipannya:
“ Muruj Al Dzahab, 4:41, peristiwa tahun 212 H. Ibnu Abi Al Hadid, setelah mengutip kisah ini berkata, “Banyak diantara sahabat kami mengecam agama Muawiyah. Mereka tidak hanya menganggapnya fasik, bahkan ada yang mengatakan bahwa dia kafir karena tidak meyakini kenabian…”
Muawiyah dikecam dalam tulisan JR, padahal Muawiyah adalah termasuk penulis wahyu, Al Quran. Kecaman itu bisa-bisa mengantarkan kita tidak percaya kepada Al Quran (yang tentu telah dikumpulkan dan ditulis oleh para sahabat Nabi saw). Ia juga adalah Ipar Nabi saw, karena salah satu istri Nabi yang bernama Ummu Habiba binti Abi Sufyan adalah saudara Muawiyah bin Abi Sufyan. Muawiyah pernah menjadi gubernur selama kurang lebih 20 tahun di negeri Syam, kemudian menjadi khalifah kaum muslimin selama kurang lebih 20 tahun. Dialah yang pertama-tama membangun armada laut kaum muslimin. Maka mengapa dapat timbul perkataan seperti ini, bahwa ia kafir, ini adalah kekeliruan yang menyesatkan.
Dalam keterangan yang shahih Muawiyah termasuk yang didoakan oleh Nabi -allahummahdi bihi, ya Allah berilah petunjuk manusia dengan Muawiyah ini, allahummaj alhu hadiyan mahdiyan wahdi bihi, ya Allah jadikanlah ia dapat memberi petunjuk dan mendapat petunjuk, dan jadikanlah manusia mendapat petunjuk dengannya, ada juga doa Rasulullah saw, allahumma allimhul kitaba wal hisab, ya Allah ajarkanlah kepadanya menulis dan berhitung, waqihil azab, hindarkanlah ia ya Allah daripada azab, inilah doa Nabi saw. Untuk Muawiyah. Sementara itu, menurut Ibn Taimiyah bahwa diantara raja-raja Islam yang memerintah, Muawiyah adalah salah satu yang terbaik, dan rakyat merasa makmur pada pemerintahannya.
Tulisan dalam buku JR tersebut juga bertentangan dengan Tradisi Islam. Dalam tradisi Islam gubernur harus menjadi imam shalat. Lalu apakah benar ia tidak senang mendengar azan? Padahal ia terkondisi setiap waktu shalat ia memimpin shalat berjamaah. Perlu diketahui Muawiyah kurang lebih 20 tahun menjadi Gubernur dan sekitar 20 tahun pula ia menjadi khalifah dan dalam kepemimpinanya itu ia mengimami shalat, memuliakan Rasulullah dan Ahlul Baitnya dalam setiap bacaan rakaat shalatnya –Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Keterangan didalam buku tersebut lebih merupakan fitnah daripada fakta. Sementara itu, dalam suatu keterangan disebutkan bahwa Muawiyah kedatangan tamu yang wajahnya mirip dengan wajah rasulullah, maka beliau berdiri dari singgasananya kemudian mencium keningnya, bukankah ini tanda kecintaan kepada Rasulullah saw?
Tidak tanggung-tanggung sahabat Rasulullah saw. (secara umum) dituduh murtad dalam satu bulletin berjudul At Tanwir yang juga ditulis oleh Jalaluddin Rakhmat (JR). Bulletin itu dibagikan secara cuma-Cuma pada suatu acara Asyuro di Makassar. Dalam bulletin tersebut JR mengutip hadis yang menceritakan diusirnya sekelompok kaum muslimin yang ditandai dengan cahaya bekas air wudhunya dari telaga al kautsar.
Kelompok itu diusir namun Rasulullah bertanya, sahabatku akan dibawa kemana? para penjaga mengatakan, “mereka itu senantiasa murtad setelah engkau meninggalkan mereka.” Cerita tersebut memang diambil dari hadis shahih, namun perkataan -innaka latadri maa ahdatsu ba’daka- sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka lakukan pasca kepergianmu- atau mereka para sahabat Nabi saw telah murtad, tidak memiliki pengertian ataupun pemahaman seperti yang diinginkan oleh JR. Bersambung… ke bagian kedua
Post A Comment:
0 comments: